Kamis, 03 Desember 2009

AJARI AKU CINTA

Jendela kamar sebuah rumah di samping jalan, terbuka lebar tanpa tirai yang menunutupi. Cahaya mentari menerobos masuk kedalam kamar rumah itu. Terlihat seorang laki-laki tengah terlelap ditemani bantal dan guling kesayangannya. Ia seakan tidak peduli indahnya pagi ini. Ia masih saja memilih untuk tidur dan bermimpi di atas kasur empuk dan terbalut selimut. Daripada harus menikmati indahnya sang mentari yang bersinar begitu cerah dan berseri. ”Yo… Bangun... Sudah pagi..!!””Kamu itu tidak pernah bisa bangun pagi apa...?!””Ayo bangun… Kamu kan harus mengantarkan adikmu ke sekolah Yo…!!””Huaaaaaaaaah... Iya... Iya Mah...!!” Seperti biasanya... Pagi ini Rayo dibangunkan oleh suara ibunya. Ia paksa untuk membuka mata walaupun terasa perih dan ngantuk. Tadi malam ia begadang karena harus mengerjakan tugas kuliah yang masih menumpuk. Rayo memang lebih senang mengerjakan tugas kuliah pada malam hari. Ketika semua orang tertidur pulas dan mendengkur. Semua orang memang mempunyai gaya masing-masing dalam mengerjakan tugasnya. Dan itulah gaya Rayo dalam mengerjakan tugasnya.Hari ini adalah hari pertama adiknya masuk sekolah setelah libur panjang akhir smester. Yaaa... Mau tidak mau... Ia harus mengantarkan adiknya. Itu memang tugas seorang kakak. Rayo tidak mau di anggap kakak yang tidak menyayangi adiknya. Yang membiarkan adiknya tidak terjaga di luar rumah.Lantas ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket akibat keringat tidur semalam. Ia bersihkan tubuhnya dengan sabun mandi yang baru saja ia beli kemarin. Ketika sedang menggosok tubuhnya dengan sabun, ia teringat mimpinya tadi malam. ”Tidak seperti biasanya... biasanya aku tidak pernah memperdulikan tentang mimpiku. Bahkan tidak pernah aku ingat-ingat apa mimpiku,” ucapnya dalam hati. Tapi pagi ini, entah kenapa mimpi itu seakan membekas dalam ingatannya. Rayo tidak bisa melupakan mimpinya itu. Di dalam mimpi itu, ia bertemu dengan seorang wanita. Wanita itu sungguh terlihat tidak asing lagi di matanya. Wanita itu mengingatkannya pada seseorang yang selama ini ia cintai dan ia kagumi. Wanita yang tidak pernah tahu betapa besar cintanya. Wanita yang dulu hampir membuatnya gila.Belum selesai ia melamunkan wanita itu, tiba-tiba terdengar suara ibunya memanggil. ”Rayo cepat dong...!!”Nanti adikmu bisa telat...!!”Iya Mah... bentar lagi nih...” Jawabnya sambil bergegas mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Rayo pun segera keluar dari kamar mandi dan memakai baju yang telah disiapkan oleh ibunda tercinta. Ibunya memang sangat menyayanginya, walaupun terkadang sering memarahinya karena malas untuk bangun pagi. Bangun siang memang kebiasaan Rayo dari dulu. Ia tidak bisa meninggalkan kebiasaan itu walaupun setiap pagi selalu di marahi ibunya. Selang beberapa menit… Rayo siap mengantarkan adiknya walaupun hanya menggunakan motor tua kesayangannya yang sering mogok. Maklumlah.... namanya juga motor tua. Motor warisan turun-temurun dari kakeknya. Meski begitu, ia sangat menjaga dengan baik motornya itu. Rayo selalu bersyukur walaupun hanya mempunyai motor tua warisan kakeknya. Karena ternyata di dunia ini masih banyak orang-orang yang belum mempunyai motor walaupun motor tua seperti milik Rayo.Setelah setengah jam perjalanan... Akhirnya mereka sampai ke sekolah. Tugas Rayo sebagai kakak yang baik sudah selesai. Ia pun segera kembali ke rumah. Bermaksud ingin melanjutkan tugas kuliah yang semalam sempat terhenti karena ngantuk. Tugas kuliah yang masih menumpuk dan saking banyaknya, sampai-sampai ia tidak tahu harus mengerjakan tugas yang mana dulu. Namun sebelum mengerjakan tugas, alangkah baiknya minum kopi sambil santai di teras rumah terlebih dahulu. Itu memang salah satu kebiasaan Rayo. ”Toh... waktuku masih banyak kok,” ucapnya dalam hati.”Mmmm.. sungguh indah pagi ini,” desahnya sambil menarik napas panjang. Kemudian ia teguk kopi yang baru saja ia buat untuk menemani paginya.”Aaaaah... Nikmatnya hidup di pagi hari... Apalagi sambil minum kopi...! Serasa di surga,” ucapnya dengan muka berseri. Kemudian ia keluarkan sebatang rokok yang dari tadi ia pajang di meja. Ia bakar dengan korek kayu yang telah kering oleh sinar mentari. Lantas ia hisap sedikit demi sedikit rokok itu. ”Aaaah... Mantap,” ucapnya setelah menghisap rokok. Memang indah sekali pagi itu. Kabut tipis seperti menyelimuti pakarangan rumahnya. Embun pagi seakan mengecupi dedaunan yang melambai ditiup angin. Sang mentari pun seperti tersenyum manis melihat Rayo yang sedang menikmati pagi. Indahnya pagi ini membuat Rayo kembali dalam lamunan yang tadi sempat terganggu oleh suara ibunya. Lamunan yang berasal dari mimpinya semalam. Mimpi yang tidak seperti biasanya. Rayo mulai mendalami lebih jauh mimpinya itu. Wanita dalam mimpi itu memang mirip sekali. Mirip sekali dangan wanita yang selama ini Ia kagumi dan ia cintai. ”Apa mungkin itu dia? Ah… mungkin itu orang lain,” ucapnya dalam hati seperti belum percaya. ”Tapi aku tahu betul wajah wanita yang selalu aku kagumi itu. Aku yakin sekali kalau wanita dalam mimpi itu adalah dia. Dia yang selama ini aku kagumi dan aku cintai. Dia yang hampir membuat aku gila.””Kini aku telah kehilangan dia… Aku rindu padanya....” Sudah enam bulan terakhir ini ia memang tidak pernah melihat sosok wanita itu. Namanya Riani. Nama yang indah. Sesuai dengan orangnya, cantik dan menarik. tidak hanya cantik parasnya tapi cantik pula perangainya. Yang Rayo tahu dia adalah wanita yang pandai bergaul. Dia juga wanita yang baik, peduli terhadap orang lain, dan tidak pernah memilih-milih orang untuk dijadikan teman. Kulitnya putih, matanya indah, dan hidungnya runcing. Badannya pun cukup tinggi untuk standar tinggi badan perempuan. Rayo suka sekali dengan hidung Riani yang runcing dan senyumannya yang manis.Terakhir Rayo melihatnya, wanita itu sedang asik duduk berduaan dengan seorang lelaki. Rayo tidak tahu persis siapa lelaki itu. Mungkin laki-laki itu temannya atau mungkin kekasihnya. Yang jelas mereka terlihat mesra, duduk berduaan di halte depan kampus, bercanda dan tertawa. Sambil menunggu mobil angkot yang akan mereka ditumpangi.Seketika... Saat itu Rayo merasakan sesuatu dalam hatinya. Suatu perasaan yang tidak jelas darimana asalnya. Rayo ingin sekali membunuh lelaki itu. Ia kesal... Mungkin ia cemburu, atau mungkin juga ia iri terhadap lelaki itu. Yang pasti Rayo tidak ingin kalau lelaki itu dekat-dekat dengan wanita yang ia kagumi.Itu memang terdengar sadis. Tapi Rayo merasa itu adalah hal yang wajar. ”Semua orang pasti akan merasakan hal yang sama ketika orang yang kita cintai dan kagumi bersama orang lain.”Tetapi waktu itu Rayo hanya bisa melihat, diam tanpa melakukan sesuatu. Rayo sadar bahwa ia bukanlah siapa-siapa. Ia hanyalah seorang pengagum rahasia yang hanya bisa berharap bahwa suatu saat nanti ia bisa seperti lelaki itu. Bercanda dengan wanita yang ia kagumi, tertawa bersama dan duduk berdampingan sambil menunggu mobil angkot yang akan di tumpangi. “Seandainya saja saat itu aku berada di posisi lelaki itu, aku pasti akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini,” ucapnya dalam hati. ”Ah... aku pikir itu hanyalah khayalan bodoh yang mustahil menjadi nyata jika aku hanya diam dan menunggu. Menunggu sesuatu yang tidak pernah aku ketahui bagaimana akhirnya,” katanya sambil menyalahkan dirinya sendiri. Lamunan Rayo kian melayang… melayang begitu jauh dan dalam…hingga Rayo teringat kembali ketika ia pertama kali bertemu dan mengenal wanita yang diaguminya itu. Pertemuan indah sekaligus menyakitkan yang tidak pernah ia rencanakan sebelumnya.Malam itu Rayo baru saja pulang kuliah. Ia duduk sendirian di halte depan kampus sambil menunggu mobil angkot jurusan rumahnya. Entah kenapa malam itu tidak seperti biasanya. Malam itu begitu gelap dan sepi. Hanya ada beberapa orang yang sedang duduk sambil menunggu mobil tujuannya masing-masing. Itupun akhirnya mereka pergi setelah ia datang, karena mobil yang ditunggu oleh mereka telah tiba.Sudah satu jam ia duduk sendirian. Tiba-tiba seorang wanita menghampirinya dan duduk tepat di sebelah kanannya. Wanita itu cantik, putih dan manis. Lalu seketika jantung Rayo berdebar kencang. Ia tidak mengerti apa yang ia rasakan saat itu. Rayo seperti orang yang baru pertama kali melihat mutiara yang paling indah di dunia ini. Pokoknya ia merasakan sesuatu yang berbeda malam itu. Tapi Rayo hanya bisa diam tak bersuara. Ia malu untuk menanyakan nama, meminta nomer handpone dan menanyakan dimana rumah wanita itu. Biasanya itu memang trik seorang laki-laki jika ingin berkenalan dengan seorang wanita. Sudah 15 menit Rayo duduk berdua dengan wanita itu, tapi tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Rayo hanya bisa diam. Hanya bisa menatap wanita itu tanpa mengatakan sesuatu. ”Yaa.. Aku memang seperti itu. Dan aku sadar... Itu memang salah satu kelemahanku yang tidak bisa aku pungkiri,” katanya seraya menyesal.Tiba-tiba mobil angkot yang Rayo tunggu-tunggu telah tiba. Rayo segera bersiap untuk pergi dari tempat itu. Akhirnya Rayo pun meninggalkan wanita itu tanpa mendapatkan sesuatu yang berharga yang keluar dari mulut wanita itu. Walaupun hanya sekedar nama, alamat rumah, ataupun nomer handpone wanita itu. Ia sangat menyesali kejadian itu. ”Sungguh sangat di sayangkan sekali... Wanita secantik itu aku tinggalkan pergi begitu saja..” kata Rayo dalam penyesalannya. Setelah malam itu, Rayo tidak pernah lagi melihat sosok wanita itu di kampus, di jalan maupun di halte.”Ah... Aku memang bodoh. Aku telah kehilangan mutiara terindah yang pernah aku temukan. Aku menyesal... Kenapa malam itu aku tidak sempat menanyakan namanya, nomer handpone atau alamat rumahnya,” ucap Rayo kembali dalam sebuah penyesalannya.Kalau saja malam itu Rayo berani menanyakannya, mungkin tidak akan seperti ini jadinya. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Tapi tidak untuk orang yang selalu memanfaatkan kesempatan. Tidak seperti Rayo, ada kesempatan emas... Malah di sia-siakan. **** Dua bulan telah berlalu... Yah… Dua bulan memang berlalu, tapi sosok wanita itu selalu saja menghantui pikirannya. Mengganggu malam-malamnya. Setiap malam selalu saja terpikirkan tentang wanita itu. Setiap detik selalu saja ada sosok wanita itu. Di dalam angan dan didalam pikiran Rayo pasti hadir sosok wanita itu. Namun akhirnya, setelah sekian lama Rayo menanti selama dua bulan, Rayo dipertemukan kembali dengan wanita itu. Dengan wanita yang selama dua bulan itu hampir membuatnya gila karena penyesalannya.Waktu itu Rayo bertemu di salah satu acara kampus. Hatinya senang bukan main. Rayo seperti menemukan kembali mutiara terindah yang selama ini hilang ditelan ombak. Tapi apa yang ia perbuat saat itu…? Tetap saja ia hanya bisa terdiam. Padahal selama dua bulan itu ia menunggu sosok wanita itu. Menanti keberadaannya, merindukan kehadirannya. Tapi kenapa setelah menemukannya, Rayo sama sekali tidak melakukan apapun? Tetap saja ia hanya bisa terdiam. Namun seperti tidak kehabisan akal, Rayo pun meminta tolong salah satu temannya untuk mengenalkan wanita itu padanya. Karena memang temannya itu mengenal baik wanita itu. Setelah sekian lama... Selama dua bulan lamanya Rayo menantikan saat-saat indah itu, akhirnya mereka pun saling mengenal dengan bantuan dari temannya. Sampai pada akhirnya Rayo sangat mengenal baik Riani. Ia begitu dekat dengan Riani.Nah... itulah saat pertama kali Rayo mengenal Rriani. Tapi dasar memang bodohnya ia… Walaupun saat itu ia sudah mengenal Riani, bahkan sangat mengenalnya, tapi tetap saja ia hanya bisa diam. Ia tidak pernah menemukan keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya pada Rriani. Memang benar kata orang bahwa “Sangatlah menyakitkan ketika kita mencintai seseorang tapi tidak pernah dicintai oleh orang yang kita cintai. Namun lebih menyakitkan lagi ketika kita mencintai seseorang namun tidak pernah menemukan keberanian untuk mengungkapkan isi hati kita kepada orang yang kita cintai.”Ungkapan itulah yang membenak di hati Rayo. Itulah yang ia rasakan saat ini, hatinya sakit karena ia tidak pernah menemukan keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya pada Riani. Mengungkapkan rasa sayangnya pada Rriani, mengungkapkan rasa cintanya pada Riani dan mengungkapkan rasa rindunya pada Riani.Mungkin karena Rayo tidak pernah menemukan keyakinan dalam hatinya yang membuat ia berani untuk mengungkapkan isi hatinya pada Riani. Hingga akhirnya, sampai pada saat Rayo mengetahui bahwa Riani sudah memiliki kekasih. Waktu itu Riani sendiri yang mengatakannya pada Rayo, bahwa dia sudah memiliki seorang kekasih. Kekasih yang sudah lama tidak dijumpainya. Kekasih yang berada jauh dari tempat Riani. Mereka sudah dua tahun menjalin hubungan kekasih. ”Kenapa ia baru mengatakannya ketika rasa cintaku kian dalam padanya...?? Kenapa pada waktu itu dia seakan membalas cintaku...?? Apa maksud dia sangat dekat denganku..?? Seakan dia tidak ingin kehilanganku” ucapnya dalam hati sambil meneteskan air mata. Ternyata apa yang selama ini ia takutkan, apa yang selama ini ia hindari, dan apa yang selama ini ia elakkan, akhirnya terjadi juga. Kini sudah jelas apa yang Riani inginkan. Kini sudah jelas apa maksud Riani dekat dengannya. Rayo sadar bahwa ia hanya di jadikan pelabuhan sementara mimpi-mimpi indah Riani bersama kekasihnya. Ia hanya di jadikan tempat pelampiasan cinta Riani yang menjemukan.Rayo hanya bisa berdoa dan berharap suatu saat nanti kisah itu tidak terulang kembali pada dirinya. Kisah itu hanya akan menyakitkan hati. Ia tahu Riani begitu jahat terhadapnya karena telah mengajak dirinya masuk kedalam kehidupan mereka. Kehidupan mereka yang sesengguhnya telah bahagia tanpa ada dirinya. Namun Rayo tidak mampu untuk membenci Riani. Ia tidak mampu menghapus nama Riani yang telah terukir indah dan dalam di hatinya.Hingga akhirnya… Hatinya merasakan sakit ketika ia harus menatap mata Riani, karena ia sadar bahwa Riani bukanlah miliknya. Hatinya merasakan sakit ketika ia harus menyayangi Riani, karena ia sadar bahwa Riani tidak akan pernah jadi miliknya. Dan hatinya merasakan sakit jika Riani tahu isi hatinya, karna ia sadar bahwa dirinya tidak berarti apa-apa bagi Riani. **** Mungkin itu sudah menjadi jalan takdir Rayo. Mungkin ia hanya bisa mencintai dan mengagumi tanpa harus memiliki Riani. Mungkin ia hanya bisa bermimpi untuk bisa selalu mencintai dan berharap memiliki Riani. Namun Rayo selalu bahagia walaupun ia hanya bisa mengingat wajah Riani. Walaupun hanya sekedar mengenang senyumannya, dan mencintai tanpa harus memilikinya. Biarlah cinta sendiri yang berbicara. Biarlah Riani sendiri yang menentukan siapa yang harus di cintainya. Karena cinta berhak memilih siapa yang harus di cintai. ”Biarlah semua itu menjadi kenangan terindah sekaligus kenangan pahit untukku.” ”Kenangan yang akan selalu aku simpan sampai kapanpun. Mungkin sampai aku tua dan sampai aku tidak sanggup lagi untuk menyimpannya,” ucap Rayo dalam hati.”Ya sudahlah. Yang terjadi biarlah terjadi. Tapi aku tidak pernah menyesal walaupun aku hanya bisa bermimpi dan berharap untuk memiliki Riani,” ucapnya mencoba untuk mengikhlaskan Riani bersama kekasihnya. Kemudian ia pergi menuju kamarnya. Ia mencari selembar kertas dan sebuah pulpen. Ia tuliskan kisahnya dalam bentuk puisi. Kisah cinta yang akan ia kenang untuk selamanya. Sambil meneteskan air mata, ia menulis kisah cintanya di atas selembar kertas yang dari tadi ia pegang. Ku tiupkan nafas kegelisahanku tanpamu...Ku telan ludah kesunyianku tentangmu...Ku goreskan tinta kerinduaanku padamu...Dan ku bangkitkan semua kenanganku bersamamu... Entah apa yang tersembunyi dibalik kebahagianku selama ini...Senyum, senang, canda dan tawa...Semuanya mengalir dalam sekejap...Berlalu tanpa sebuah arti yang pasti... Mungkin memilikimu tidaklah nyata bagiku...Mungkin memilikimu hanyalah mimpi bagiku...Mungkin memilikimu hanyalah harapan semu bagiku... Mungkin memilikimu memang tidak pantas untukku... Biarlah aku merindukanmu meski kau bukan milikku...Biarlah aku menyayangimu meski kau bukan untukku... Biarlah aku menantimu hingga tak mampu kumenanti...Hingga aku tidak ingin lagi menantimu... Ya Tuhanku...Ajarkan aku menerima semua kenyataan MU...Ajarkan aku dalam memaknai setiap takdir MU...Segala penyesalan aku serahkan hanya kepada MU...Semoga hari esok lebih baik dari hari ini...
Populerkan, simpan atau kirim cerpen ini : Share/Save/Bookmark

Tidak ada komentar:

Posting Komentar